Sekarang kita telah memasuki separo lebih bulan rojab dimana pada akhir bulan ini kita sebagai seorang muslim telah diingatkan kembali sebuah peristiwa besar dalam sejarah umat islam. Sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah hidup (siirah) Rasulullah SAW yaitu peristiwa diperjalankannya beliau (isra) dari Masjid al Haram di Makkah menuju Masjid al Aqsa di Jerusalem, lalu dilanjutkan dengan perjalanan vertikal (mi'raj) dari Qubbah As Sakhrah menuju ke Sidrat al Muntaha (akhir penggapaian). Peristiwa ini terjadi antara 16-12 bulan sebelum Rasulullah SAW diperintahkan untuk melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah). |
Allah SWT mengisahkan peristiwa agung ini di S. Al Isra (dikenal juga dengan S. Bani Israil) ayat pertama: سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ
آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير
Artinya; Maha Suci
Allah Yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu (potongan) malam
dari masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat".
Lalu
apa pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Isra wal Mi'raj ini?
Barangkali catatan ringan berikut dapat memotivasi kita untuk lebih jauh
dan sungguh-sungguh menangkap pelajaran yang seharusnya kita tangkap
dari perjalanan agung tersebut:
Pertama: Konteks situasi terjadinya
Kita
kenal, Isra' wal Mi'raj terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya
Rasulullah SAW ke Madinah (Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah
SAW dalam situasi yang sangat "sumpek", seolah tiada celah harapan masa
depan bagi agama ini. Selang beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta
Khadijah r.a. dan paman yang menjadi dinding kasat dari penjuangan
meninggal dunia. Sementara tekanan fisik maunpun psikologis kafir Qurays
terhadap perjuangan semakin berat. Rasulullah seolah kehilangan
pegangan, kehilangan arah, dan kini pandangan itu berkunang-kunang tiada
jelas.
Dalam sitausi
seperti inilah, rupanya "rahmah" Allah meliputi segalanya, mengalahkan
dan menundukkan segala sesuatunya. "warahamatii wasi'at kulla syaei",
demikian Allah deklarasikan dalam KitabNya. Beliau di suatu malam yang
merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan kepahitan langkah
perjuangan, tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan dan kegetiran untuk
"berjalan-jalan" (saraa) menelusuri napak tilas "perjuangan" para
pejuang sebelumnya (para nabi). Bahkan dibawah serta melihat langsung
kebesaran singgasana Ilahiyah di "Sidartul Muntaha". Sungguh sebuah
"penyejuk" yang menyiram keganasan kobaran api permusuhan kaum kafir.
Dan kinilah masanya bagi Rasulullah SAW untuk kembali "menenangkan"
jiwa, mempermantap tekad menyingsingkan lengan baju untuk melangkah
menuju ke depan.
Artinya,
bahwa kita adalah "rasul-rasul" Rasulullah SAW dalam melanjutkan
perjuangan ini. Betapa terkadang, di tengah perjalanan kita temukan
tantangan dan penentangan yang menyesakkan dada, bahkan mengaburkan
pandangan objektif dalam melangkahkan kaki ke arah tujuan. Jikalau hal
ini terjadi, maka tetaplah yakin, Allah akan meraih tangan kita,
mengajak kita kepada sebuah "perjalanan" yang menyejukkan. "Allahu
Waliyyulladziina aamanu" (Sungguh Allah itu adalah Wali-nya mereka yang
betul-betul beriman". Wali yang bertanggung jawab memenuhi segala
keperluan dan kebutuhan. Kesumpekan dan kesempitan sebagai akibat dari
penentangan dan rintangan mereka yang tidak senang dengan kebenaran,
akan diselesaikan dengan cara da metode yang Hanya Allah yang tahu. Yang
terpenting bagi seorang pejuang adalah, maju tak gentar, sekali
mendayung pantang mundur, konsistensi memang harus menjadi karakter
dasar bagi seorang pejuang di jalanNya. "Wa laa taeasuu min rahmatillah"
(jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat Allah).
Kedua: Pensucian Hati
Disebutkan
bahwa sebelum di bawa oleh Jibril, beliau dibaringkan lalu dibelah
dadanya, kemudian hatinya dibersihkan dengan air zamzam. Apakah hati
Rasulullah kotor? Pernahkan Rasulullah SAW berbuat dosa? Apakah
Rasulullah punya penyakit "dendam", dengki, iri hati, atau berbagai
penyakit hati lainnya? Tidak…sungguh mati…tidak. Beliau hamba yang
"ma'shuum" (terjaga dari berbuat dosa). Lalu apa signifikasi dari
pensucian hatinya?
Rasulullah
adalah sosok "uswah", pribadi yang hadir di tengah-tengah umat sebagai,
tidak saja "muballigh" (penyampai), melainkan sosok pribadi unggulan
yang harus menjadi "percontohan" bagi semua yang mengaku pengikutnya.
"Laqad kaana lakum fi Rasulillahi uswah hasanah".
Memang
betul, sebelum melakukan perjalanannya, haruslah dibersihkan hatinya.
Sungguh, kita semua sedang dalam perjalanan. Perjalanan "suci" yang
seharusnya dibangun dalam suasa "kefitrahan". Berjalan dariNya dan juga
menuju kepadaNya. Dalam perjalanan ini, diperlukan lentera, cahaya, atau
petunjuk agar selamat menempuhnya. Dan hati yang intinya sebagai "nurani", itulah lentera perjalanan hidup.
Cahaya
ini berpusat pada hati seseorang yang ternyata juga dilengkapi oleh
gesekan-gesekan "karat" kehidupan (fa alhamaha fujuuraha). Semakin kuat
gesekan karat, semakin jauh pula dari warna yang sesungguhnya
(taqawaaha). Dan oleh karenanya, di setiap saat dan kesempatan,
diperlukan pembersihan, diperlukan air zamzam untuk membasuh
kotoran-kotoran hati yang melengket. Hanya dengan itu, hati akan
bersinar tajam menerangi kegelapan hidup. Dan sungguh hati inilah yang
kemudian "penentu" baik atau tidaknya seseorang pemilik hati.
ألا إن في الجسد مضغة، إذا صلحت صلحت سير عمله، وإذا فسدت فسدت سير عمله.
Disebutkan
bahwa hati manusia awalnya putih bersih. Ia ibarat kertas putih dengan
tiada noda sedikitpun. Namun karena manusia, setiap kali melakukan
dosa-dosa setiap kali pula terjatuh noda hitam pada hati, yang pada
akhirnya menjadikannya hitam pekat. Kalaulah saja, manusia yang hatinya
hitam pekat tersebut tidak sadar dan bahkan menambah dosa dan noda, maka
akhirnya Allah akan akan membalik hati tersebut. Hati yang terbalik
inilah yang kemudian hanya bisa disadarkan oleh api neraka.
"Khatamallahu 'alaa quluubihim".
Di Al Qur'an sendiri, Allah berfirman" قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Artinya: Sungguh
beruntung siapa yang mensucikannya, dan sungguh buntunglah siapa yang
mengotorinya". Maka sungguh perjalanan ini hanya akan bisa menuju
"ilahi" dengan senantiasa membersihkan jiwa dan hati kita, sebagaimana
yang telah dilakukan oleh Rasulullah sebelum perjalanan sucinya
tersebut.
Ketiga: Memilih Susu - Menolak Khamar
Ketika
ditawari dua pilihan minuman, dengan sigap Rasulullah mengambil gelas
yang berisikan susu. Minuman halal dan penuh menfaat bagi kesehatan.
Minuman yang berkalsium tinggi, menguatkan tulang belulang. Rasulullah
menolak khamar, minuman yang menginjak-nginjak akal, menurunkan tingkat
inteletualitas ke dasar yang paling rendah. Sungguh memang pilihan yang
tepat, karena pilihan ini adalah pilihan fitri "suci".
Dengan
bekal jiwa yang telah dibersihkan tadi, Rasulullah memang melanjutkan
perjalanannya. Di tengah perjalanan, hanya memang ada dua alternatif di
hadapan kita. Kebaikan dan keburukan. Kebaikan akan selalu identik
dengan manfaat, sementara keburukan akan selalu identik dengan kerugian.
Seseorang yang hatinya suci, bersih dari kuman dosa dan noda kezaliman,
akan sensitif untuk menerima selalu menerima yang benar dan menolak
yang salah. Bahkan hati yang bersih tadi akan merasakan "ketidak
senangan" terhadap setiap kemungkaran. Lebih jauh lagi, pemiliknya akan
memerangi setiap kemungkaran dengan segala daya yang dimilikinya.
Dalam
hidup ini seringkali kita diperhadapkan kepada pilihan-pilihan yang
samar. Fitra menjadi acuan, lentera, pedoman dalam mengayuh bahtera
kehidupan menuju tujuan akhir kita (akhirat). Dan oleh karenanya, jika
kita dalam melakukan pilihan-pilihan dalam hidup ini, ternyata kita
seringkali terperangkap kepada pilihan-pilihan yang salah, buruk lagi
merugikan, maka yakinlah itu disebabkan oleh tumpulnya firtah insaniyah
kita. Agaknya dalam situasi seperti ini, diperlukan asahan untuk
mempertajam kembali fitrah Ilahiyah yang bersemayam dalam diri setiap
insan.
Keempat: Imam Shalat Berjama'ah
Shalat
adalah bentuk peribadatan tertinggi seorang Muslim, sekaligus merupakan
simpol ketaatan totalitas kepadaYang Maha Pencipta. Pada shalatlah
terkumpul berbagai hikmah dan makna. Shalat menjadi simbol ketaatan
total dan kebaikan universal yang seorang Muslim senantiasa menjadi
tujuan hidupnya.
Maka
ketika Rasulullah memimpin shalat berjama'ah, dan tidak
tanggung-tanggung ma'mumnya adalah para anbiyaa (nabi-nabi), maka
sungguh itu adalah suatu pengakuan kepemimpinan dari seluruh kaum yang
ada. Memang jauh sebelumnya, Musa yang menjadi pemimpin sebuah umat
besar pada masanya. Bahkan Ibrahim, Eyangnya banyak nabi dan Rasul,
menerima menjadi Ma'mum Rasulullah SAW. Beliau menerima dengan rela
hati, karena sadar bahwa Rasulullah memang memiliki kelebihan-kelebihan
"leadership", walau secara senioritas beliaulah seharusnya menjadi Imam.
Kempimpinan
dalam shalat berjama'ah sesungguhnya juga simbol kepemimpinan dalam
segala skala kehidupan manusia. Allah menggambarkan sekaligus mengaitkan
antara kepemimpinan shalat dan kebajikan secara menyeluruh: "Wahai
orang-orang yang beriman, ruku'lah, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu serta
berbuat baiklah secara bersama-sama. Nisacaya dengan itu, kamu akan
meraih keberuntungan". Dalam situasi seperti inilah, seorang Muhammad
telah membuktikan bahwa dirinya adalah pemimpin bagi seluruh pemimpin
umat lainnya.
Baghaimana
dengan kita sebagai pengikut nabi muhammad dalam masalah ini?
Masalahnya, umat Islam saat ini tidak memiliki kriteria tersebut.
Kriteria "imaamah" atau kepemimpinan yang disebutkan dalam Al Qur'an
masih menjadi "tanda tanya" besar pada kalangan umat ini. "Dan demikian
kami jadikan di antara mereka pemimpin yang mengetahui urusan Kami,
memiliki kesabaran dan ketangguhan jiwa, dan adalah mereka yakin
terhadap ayat-ayat Kami".
Kita
umat Islam, yang seharusnya menjadi pemimpin umat lainnya, ternyata
memang menjadi salah satu pemimpin. Sayang kepemimpinan dunia Islam saat
ini terbalik, bukan dalam shalat berjama'ah, bukan dalam kebaikan dan
kemajuan dalam kehidupan manusia. Namun lebih banyak yang bersifat
negatif.
Kelima: Kembali ke Bumi dengan Shalat
Perjalanan
singkat yang penuh hikmah tersebut segera berakhir, dan dengan segera
pula beliau kembali menuju alam kekiniannya. Rasulullah sungguh sadar
bahwa betapapun ni'matnya berhadapan langsung dengan Yang Maha Kuasa di
suatu tempat yang agung nan suci, betapa ni'mat menyaksikan dan
mengelilingi syurga, tapi kenyataannya beliau memiliki tanggung jawab
duniawi. Untuk itu, semua kesenangan dan keni'matan yang dirasakan malam
itu, harus ditinggalkan untuk kembali ke dunia beliau melanjutkan
amanah perjuangan yang masih harus diembannya.
Inilah
sikap seorang Muslim. Kita dituntut untuk turun ke bumi ini dengan
membawa bekal shalat yang kokoh. Shalat berintikan "dzikir", dan
karenanya dengan bekal dzikir inilah kita melanjutkan ayunan langkah
kaki menelusuri lorong-lorong kehidupan menuju kepada ridhaNya.
"Wadzkurullaha katsiira" (dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak),
pesan Allah kepada kita di saat kita bertebaran mencari "fadhalNya"
dipermukaan bumi ini. Persis seperti Rasulullah SAW membawa bekal shalat
5 waktu berjalan kembali menuju bumi setelah melakukan serangkaian
perjalanan suci ke atas (Mi'raj).
|
Senin, 18 Juni 2012
Hikmah Isra' Mi'raj
Posted by santri songo
On 16.39
| No comments
Peringatan Isra’ Mi’raj
Posted by santri songo
On 16.39
| No comments
Bulan Rajab, bulan yang dihormati manusia. Bulan ini termasuk bulan haram
Asyhurul Hurum
Banyak cara manusia menghormati bulan ini, ada yang menyembelih hewan,ada yang melakukan sholat khusus Rajab dan lain-lainnya.Di bulan ini juga, sebagian kaum muslimin memperingati satu peristiwa yang sangat luar biasa, peristiwa perjalanan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
dari Makkah keBaitul Maqdis, kemudian ke sidratul muntaha menghadap Pencipta alam semesta danPemeliharanya. Itulah peristiwa Isra’ dan Mi’raj.Peristiwa ini tidak akan dilupakan kaum muslimin, karena perintah sholat lima waktusehari semalam diberikan oleh Allah pada saat Isra’ dan Mi’raj. Tiang agama ini tidak akan lepas dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Akan tetapi, haruskah peristiwa itu diperingati? Apakah peringatan Isra’ mi’raj yangdilakukan kaum ini merupakan hal yang baik ataukah satu hal yang merusak agama?Simaklah pembahasan kali ini, mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan kepadakita untuk memahaminya dan menerima kebenaran.
Kapan Isra’ dan Mi’raj terjadi?
Ketika mendengar sebuah peristiwa besar, mestinya ada satu pertanyaan yang akansegera timbul dalam hati si pendengar yaitu masalah waktu terjadi. Begitu pula kaitannyadengannya peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam
.Kapan sebenarnya Isra’ dan Mi’raj terjadi, benarkah pada tanggal 27 Rajab atautidak? Untuk bisa memberikan jawaban yang benar, kita perlu melihat pendapat paraulama seputar masalah ini. Berikut kami nukilkan beberapa pendapat para ulama:
Pertama:
Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqaalaniy
Rahimahullah
1.berkata: “Para ulama berselisih tentang waktu Mi’raj. Ada yang mengatakan sebelum kenabian. Ini pendapatyang aneh, kecuali kalau dianggap terjadinya dalam mimpi. Kebanyakan para ulama berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi setelah kenabian. Para ulama yang mengatakan peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi setelah kenabian juga berselisih, diantara mereka adayang mengatakan setahun sebelum hijrah. Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dandirajihkan (dikuatkan) oleh Imam An Nawawiy dan Ibnu Hazm, bahkan Ibnu Hazm berlebihan dengan mengatakan ijma’ (menjadi kesepakatan para ulama’) dan itu terjadi pada bulan Rabiul Awal. Klaim ijma’ ini tertolak, karena seputar hal itu ada perselisihanyang banyak lebih dari sepuluh pendapat.”
2.Kemudian beliau menyebutkan pendapat para ulama tersebut satu persatu.
•Pendapat pertama mengatakan: “setahun sebelum hijroh, tepatnya bulan Rabi’ulAwal”. Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dan dirajihkan An Nawawiy
•Kedua mengatakan: “delapan bulan sebelum hijroh, tepatnya bulan Rajab”. Iniisyarat perkataan Ibnu Hazm, ketika berkata: “Terjadi di bulan rajab tahun 12kenabian”.
•Ketiga mengatakan: “enam bulan sebelum hijroh, tepatnya bulan Romadhon”. Inidisampaikan oleh Abu Ar Rabie’ bin Saalim.
•Keempat mengatakan: “sebelas bulan sebelum hijroh tepatnya di bulan RobiulAkhir”. Ini pendapat Ibrohim bin Ishaq Al Harbiy, ketika berkata: “Terjadi pada bulan Rabiul Akhir, setahun sebelum hijroh”. Pendapat ini dirojihkan IbnulMunayyir dalam syarah As Siirah karya Ibnu Abdil Barr.
•Kelima mengatakan: “setahun dua bulan sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan Ibnu Abdilbar.
•Keenam mengatakan: “setahun tiga bulan sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan oleh Ibnu Faaris.
•Ketujuh mengatakan: “setahun lima bulan sebelum hijroh”. Ini pendapat AsSuddiy.
•Kedelapan mengatakan: “delapan belas bulan sebelum hijroh, tepatnya dibulanRamadhan”. Pendapat ini disampaikan Ibnu Sa’ad, Ibnu Abi Subrah dan IbnuAbdilbar.
•Kesembilan mengatakan: ” Bulan Rajab tiga tahun sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan Ibnul Atsir Kesepuluh mengatakan: “lima tahun sebelum hijroh”. Ini pendapat imam AzZuhriy dan dirojihkan Al Qadhi ‘Iyaadh.Oleh karena banyaknya perbedaan pendapat dalam masalah ini, maka benarlah apa yangdikatakan Ibnu Taimiyah Rahimahullah
,bahwa tidak ada dalil kuat yang menunjukkan bulannya dan tanggalnya. Bahkan pemberitaannya terputus serta massih diperselisihkan,tidak ada yang dapat memastikannya.Bahkan Imam Abu Syaamah mengatakan, “Dan para ahli dongeng menyebutkan Isra’dan Mi’raj terjadi di bulan Rajab. Menurut ahli ta’dil dan jarh (Ulama Hadits) itu adalahkedustaan”.
Asyhurul Hurum
Banyak cara manusia menghormati bulan ini, ada yang menyembelih hewan,ada yang melakukan sholat khusus Rajab dan lain-lainnya.Di bulan ini juga, sebagian kaum muslimin memperingati satu peristiwa yang sangat luar biasa, peristiwa perjalanan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
dari Makkah keBaitul Maqdis, kemudian ke sidratul muntaha menghadap Pencipta alam semesta danPemeliharanya. Itulah peristiwa Isra’ dan Mi’raj.Peristiwa ini tidak akan dilupakan kaum muslimin, karena perintah sholat lima waktusehari semalam diberikan oleh Allah pada saat Isra’ dan Mi’raj. Tiang agama ini tidak akan lepas dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Akan tetapi, haruskah peristiwa itu diperingati? Apakah peringatan Isra’ mi’raj yangdilakukan kaum ini merupakan hal yang baik ataukah satu hal yang merusak agama?Simaklah pembahasan kali ini, mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan kepadakita untuk memahaminya dan menerima kebenaran.
Kapan Isra’ dan Mi’raj terjadi?
Ketika mendengar sebuah peristiwa besar, mestinya ada satu pertanyaan yang akansegera timbul dalam hati si pendengar yaitu masalah waktu terjadi. Begitu pula kaitannyadengannya peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi Wasallam
.Kapan sebenarnya Isra’ dan Mi’raj terjadi, benarkah pada tanggal 27 Rajab atautidak? Untuk bisa memberikan jawaban yang benar, kita perlu melihat pendapat paraulama seputar masalah ini. Berikut kami nukilkan beberapa pendapat para ulama:
Pertama:
Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqaalaniy
Rahimahullah
1.berkata: “Para ulama berselisih tentang waktu Mi’raj. Ada yang mengatakan sebelum kenabian. Ini pendapatyang aneh, kecuali kalau dianggap terjadinya dalam mimpi. Kebanyakan para ulama berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi setelah kenabian. Para ulama yang mengatakan peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi setelah kenabian juga berselisih, diantara mereka adayang mengatakan setahun sebelum hijrah. Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dandirajihkan (dikuatkan) oleh Imam An Nawawiy dan Ibnu Hazm, bahkan Ibnu Hazm berlebihan dengan mengatakan ijma’ (menjadi kesepakatan para ulama’) dan itu terjadi pada bulan Rabiul Awal. Klaim ijma’ ini tertolak, karena seputar hal itu ada perselisihanyang banyak lebih dari sepuluh pendapat.”
2.Kemudian beliau menyebutkan pendapat para ulama tersebut satu persatu.
•Pendapat pertama mengatakan: “setahun sebelum hijroh, tepatnya bulan Rabi’ulAwal”. Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dan dirajihkan An Nawawiy
•Kedua mengatakan: “delapan bulan sebelum hijroh, tepatnya bulan Rajab”. Iniisyarat perkataan Ibnu Hazm, ketika berkata: “Terjadi di bulan rajab tahun 12kenabian”.
•Ketiga mengatakan: “enam bulan sebelum hijroh, tepatnya bulan Romadhon”. Inidisampaikan oleh Abu Ar Rabie’ bin Saalim.
•Keempat mengatakan: “sebelas bulan sebelum hijroh tepatnya di bulan RobiulAkhir”. Ini pendapat Ibrohim bin Ishaq Al Harbiy, ketika berkata: “Terjadi pada bulan Rabiul Akhir, setahun sebelum hijroh”. Pendapat ini dirojihkan IbnulMunayyir dalam syarah As Siirah karya Ibnu Abdil Barr.
•Kelima mengatakan: “setahun dua bulan sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan Ibnu Abdilbar.
•Keenam mengatakan: “setahun tiga bulan sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan oleh Ibnu Faaris.
•Ketujuh mengatakan: “setahun lima bulan sebelum hijroh”. Ini pendapat AsSuddiy.
•Kedelapan mengatakan: “delapan belas bulan sebelum hijroh, tepatnya dibulanRamadhan”. Pendapat ini disampaikan Ibnu Sa’ad, Ibnu Abi Subrah dan IbnuAbdilbar.
•Kesembilan mengatakan: ” Bulan Rajab tiga tahun sebelum hijroh”. Pendapat inidisampaikan Ibnul Atsir Kesepuluh mengatakan: “lima tahun sebelum hijroh”. Ini pendapat imam AzZuhriy dan dirojihkan Al Qadhi ‘Iyaadh.Oleh karena banyaknya perbedaan pendapat dalam masalah ini, maka benarlah apa yangdikatakan Ibnu Taimiyah Rahimahullah
,bahwa tidak ada dalil kuat yang menunjukkan bulannya dan tanggalnya. Bahkan pemberitaannya terputus serta massih diperselisihkan,tidak ada yang dapat memastikannya.Bahkan Imam Abu Syaamah mengatakan, “Dan para ahli dongeng menyebutkan Isra’dan Mi’raj terjadi di bulan Rajab. Menurut ahli ta’dil dan jarh (Ulama Hadits) itu adalahkedustaan”.
Jumat, 01 Juni 2012
Jadwal Habib Syech Juni 2012
Posted by santri songo
On 20.40
| 1 comment
Berikut Insya Allah Jadwal Habib Syech bulan Juni 2012 yang kami terima dari pengunjung blog Santri Songo
Tanggal Tempat
01 Juni lap Kledokan, Selomartani, Kalasan, Sleman
Jogjakarta
02 Juni lap Pandhawa Dieng Wonosobo (Pagi)
02 Juni Stadion Sriwedari Solo
03 Juni Temanggung
04 Juni Ampel Boyolali
06 Juni Rutinan Ndalem
12 Juni Masjid Mursyidulloh Wiji Rejo, pandak, Bantul
Jogjakarta
14 Juni Aula Al Mu'tamar PP. Lirboyo Kediri
NB: Bagi yang mengetahui jadwal habib syech,dan ingin di publikasikan di blog ini bisa kirim draft/soft copy jadwal ke;
Email: santrisongo@ymail.com
FB : Santri Songo
Atau comen dibawah,dengan ketentuan jadwal yang di share sebenarnya,bila ada perubahan jadwal harap confirmasi.terimakasih
Jika ingin melihat jadwal bulan kemarin klik disini
Tanggal Tempat
01 Juni lap Kledokan, Selomartani, Kalasan, Sleman
Jogjakarta
02 Juni lap Pandhawa Dieng Wonosobo (Pagi)
02 Juni Stadion Sriwedari Solo
03 Juni Temanggung
04 Juni Ampel Boyolali
06 Juni Rutinan Ndalem
12 Juni Masjid Mursyidulloh Wiji Rejo, pandak, Bantul
Jogjakarta
14 Juni Aula Al Mu'tamar PP. Lirboyo Kediri
NB: Bagi yang mengetahui jadwal habib syech,dan ingin di publikasikan di blog ini bisa kirim draft/soft copy jadwal ke;
Email: santrisongo@ymail.com
FB : Santri Songo
Atau comen dibawah,dengan ketentuan jadwal yang di share sebenarnya,bila ada perubahan jadwal harap confirmasi.terimakasih
Jika ingin melihat jadwal bulan kemarin klik disini
Langganan:
Postingan (Atom)